Literasi emosi adalah kemampuan untuk memahami emosi diri sendiri, kemampuan untuk mendengarkan orang lain dan berempati dengan emosi-emosi mereka, serta kemampuan untuk mengekspresikan emosi secara adaptif" - Steiner, 1997
Assalamualaykum,
Di artikel kali ini aku mau bahas mengenai Literasi Emosi. Pembahasan ini adalah sedikit dari kesimpulan buku Literasi Emosi Intelligence with A Heart yang ditulis oleh Dandy Birdy dan Diah Mahmudah. Kebetulan buku ini aku dapat dari komunitas Indonesian Social Blogpreneur (ISB) dan rasanya sayang sekali buku sebagus ini tidak aku review.
Btw, apakah ada yang baru mendengar istilah Literasi Emosi? Aku pun sama baru mendengar istilah ini dan hal ini sangat menarik untuk aku pelajari dan aku pahami. Apalagi literasi emosi ini penting sekali bagi kita untuk di praktekkan ke kehidupan sehari-hari kita.
Apa Itu Literasi Emosi?
Literasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kemampuan menulis dan membaca. Sedangkan dalam Education Development Center (EDC) menyatakan bahwa literasi merupakan kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan skill yang dimiliki dalam hidupnya.
Jadi kesimpulannya adalah kemampuan membaca kata juga dunia. Lalu untuk literasi emosinya dalam konteks dunia kesehatan mental adalah sebuah kompetensi untuk membaca dunia emosi .
Buku Literasi Emosi yang ditulis oleh Dandy Birdy dan Diah Mahmudah ini memiliki misi untuk dapat memberdayakan keluarga: help people to help themselves. Yaitu di harapkan di setiap keluarga memiliki literasi emosi yang baik agar kesehatan mental keluarga itu juga membaik. Keluarga yang dimaksud adalah keluarga di rumah, sekolah, lingkungan pekerjaan bahkan di komunitas.
Asah Hati Dengan Empati
Seperti yang sudah aku info diatas bahwa artikel aku ini adalah menjabarkan poin-poin kesimpulan buku Literasi Emosi dari versi aku. Teman-teman bisa membacanya sendiri nanti dan aku meng-highlight yang penting untuk dibahas menurut aku.
Di buku ini, teman-teman akan diberikan pemahaman mengenai cara dekat dengan dunia rasa dan emosi. Rasa dan Emosi memiliki arti dan makna yang berbeda tetapi keduanya saling berkaitan.
- Messanger - Jalan untuk menyampaikan pesan dan kebutuhan diri kepada lingkungan sosial.
- Survival - Fitur unik alami bagi manusia untuk mempertahankan hidupnya.
- Energizer - Energi (daya) yang mampu menggerakkan tubuh dan jiwa ke pencapaian sebuah tujuan.
- Spiritualizer - Fitur unik bagi manusia agar senantiasa terhubung dan mengingat Allah SWT.
Peran orangtua dalam kehidupan emosi anak adalah dengan modal BE A MOM yaitu Body Language atau bahasa tubuh anak, Emphaty yaitu dari hati ke hati, Active Listening yaitu mendengar dunia anak dengan penuh atensi, Mindfulness yaitu hadir tanpa menghakimi, Optimist yaitu memberikan energi positif pada anak serta terakhir adalah Micro counselling yaitu menguasai teknik konseling.
Selain itu ada juga pemahaman mengenai Asah Hati Dengan Empati, dimana ada tiga jenis Empati yaitu:
- Empati Afektif (Affective Emphaty) yaitu anak sensitif dalam membaca dunia rasa dan emosi orang lain, baik bahasa lisan, bahasa tubuh dan bahasa rasanya.
- Empati Kognitif (Cognitive Emphaty), yaitu anak dapat memahami perbedaan atau keunikan setiap manusia tanpa menghakimi.
- Empati Welas Asih (Comppasionate Emphaty), yaitu anak dapat mengidentifikasi kebutuhan dan memberikan bantuan sesuai kebutuhan tanpa diminta.
Lalu, apa sih manfaat mengasah Empati pada anak? Ada istilah 6 M manfaat dari mengasah Empati pada anak yaitu:
- Memudahkan anak menjalin pertemanan dengan berbagai kalangan Anak. Dengan ini maka anak-anak akan lebih menghargai perbedaan dan nyaman terhubung secara emosional dengan teman yang homogen juga heterogen.
- Merekatkan hubungan sosial yang harmonis atas dasar kasih sayang. Anak akan belajar menjadi anak yang ringan tangan, pengasih dan penyayang. Dengan begini, anak-anak kita akan dapat menciptakan keharmonisan hubungan pertemanan secara jangka panjang.
- Memudahkan bernegosiasi. Anak-anak akan dapat belajar bagaimana bernegosiasi tanpa menyakiti satu sama lain, sehingga tercipta solusi yang bersifat win-win solution.
- Memudahkan berkolaborasi. Anak-anak akan belajar untuk melakukan kerjasama dengan teman-temannya.
- Memperkuat kreativitas. Kreativitas anak akan menjadi terasah, sebab anak-anak mau membuka dirinya untuk menerima perbedaan wawasan dan gagasan dari teman-teman dan lingkungan sekitarnya.
- Memperkuat konsep diri yang positif (Sosok Abudance Mentality). Seiring dengan mendapatkan sejumlah manfaat di atas anak merasa nyaman menjadi dirinya sehingga terbangunlah konsep diri yang positif pada anak.
Tahap Mengelola Emosi
Pengelolaan emosi alangkah baiknya mulai dikenalkan kepada anak ketika anak sudah menginjak usia 7 tahun ke atas. Sebab di usia itu anak-anak sudah mulai mengenal apa itu dunia rasa dan emosi.
Ada tiga tahap mengelola emosi yaitu :
- Kanalisasi yaitu dengan mengalirkannya dalam media yang sesuai dengan momen yang dialami anak.
- Stabilisasi yaitu dengan melakukan emotional focused coping dengan teknik kanalisasi juga relaksasi. Lakukan juga dengan mencari solusi untuk dapat menuntaskan masalah. Terakhir lakukan spiritual focused coping.
- Spiritualisasi, yaitu adanya penerimaan, kelapangan hati yang disertai dengan sikap pasrah (tawakal) kepada Allah.
Berikut ini manfaat cerdas mengelola emosi yaitu dengan metode 6M. Apa saja itu?
- Memiliki kehidupan pikiran yang sehat. Anak memiliki pikiran rasional yang mampu menalar segala hal dengan akal terbaiknya dan mampu mendorong lahirnya aksi solutif
- Memiliki kebugaran fisik yang sehat. Anak memiliki kesehatan fisik yang baik, vitalitas kuat (bugar), yaitu kualitas tidur yang baik.
- Memiliki kehidupan sisal yang sehat. Anak memiliki keterampilan sosial aserttif, memiliki peluang besar untuk meraih hidup produktif dan harmonis dengan lingkungan sosial. Anak memiliki mental bonding yang kuat dengan orangtua juga orang terdekat.
- Memiliki kehidupan Spiritual uang sehat. Anak memiliki koneksi yang baik dengan Maha Pencipta.
- Memiliki konsep diri yang baik dengan semua manfaat di atas, kesejahteraan mental anak makin optimal dan konsep diri anak pun menguat.
- Memiliki kualitas resiliensi yang kuat pada anak. Ketika mengalami benturan kehidupan anak memiliki cara sehat untuk menangani dan mamou bangkit kembali dengan kesehatan mental yang lebih baik dari sebelumnya.
Masya Allah, keren banget kan isi bukunya? Inilah kesimpulan poin-poin yang aku dapatkan dari buku Literasi emosi. Yuk, dibeli bukunya, karena buku ini juga ada jurnalnya yaitu jurnal emosi, jurnal komunikasi asertif, jurnal empati, jurnal pemaaf, jurnal ilmu dan jurnal syukur, harapan serta doa yang bisa dipelajari dan diisi.
Jujur buku ini memang awal terlihat berat ya, tapi kalau kita bacanya dengan khusyuk dan tidak terburu-buru, akan tambah paham dan benar-benar bermanfaat sekali buku ini. Kalau teman-teman mau dapatkan buku ini, bisa DM langsung untuk order ke IG Teh Diah Mahmudah.
Jika kita sebagai orangtua yang sayang dan peduli akan mentalitas anak serta tumbuh kembang mereka, maka yuk segera kita berikan asupan bergizi tentang literasi emosi.