Anger Management Belajar Mengendalikan Emosi
Assalamualaykum,
Pada pembahasan mengenai lifestyle kali ini, aku akan mencoba sharing mengenai seputar Anger Management. Mungkin zaman sekarang tingkat stress dalam hidup itu lebih besar ya dibanding zaman era 80an. Zaman semakin maju, segala sesuatu nya semakin mudah didapat tetapi ternyata malah semakin banyak juga tingkat stress serta emosional para individu manusia nya sendiri.
Terkait dengan pembahasan artikel aku kali ini, aku pun semakin paham mengenai Anger Management itu sendiri setelah kemarin hari Minggu, 19 Januari 2020 aku hadir ke seminar mengenai Anger Management yang di bawakan oleh Anger Management Dandiah di hotel Yello Hayam Wuruk.
Apa Itu Anger Management?
Sebelum bahas detail, kita kenalan dulu yuk dengan istilah Anger management. Anger management itu adalah cara kita belajar untuk dapat mengenali sebuah tanda pada diri kita saat sedang marah dan kemudian mengambil tindakan yang baik ketika meluapkan kemarahan tersebut.
Jika meledak-ledak tanpa kejelasan artinya kita ini belum bisa mengatasi emosi kita. Dulu aku pikir Emosi itu diakibatkan karena stress semata, baik karena hutang atau pekerjaan sehari-hari. Ternyata bisa juga lho permasalahan ketika kita kecil atau disebut juga dengan inner child, yang menjadi salah satu pemicu pecahnya emosi kita.
Manusia itu sebenarnya memiliki 3 Masa yaitu : Masa lalu, Masa sekarang serta Masa yang akan datang. Ada dua fenomena yang berperan pada timbunan frustasi, juga luka emosi dari diri kita ketika masa usia anak-anak, yang mana terus kita bawa sampai masa dewasa. Apa saja itu?
- Pengasuhan dan Pendidikan yang berfokus pada pengasahan kognisi, bukan pengasahan emosional juga spiritual
- Pendidikan yang berorientasi pada standarisasi, bukan berbasis pada keunikan individu.
Kebanyakan dari ilmu yang diajarkan diluar sana adalah pendidikan mengenai emosi dianggap alami terjadi. Tidak perlu disiapkan dan dilatih di keluarga. Bahkan terjadi beberapa paradigma yang keliru tentang emosi ini.
Padahal emosi itu Allah ciptakan dengan sejuta manfaat, namun dengan adanya paradigma keliru membuat manusia gagal menangani dan mengelola nya.
7 Paradigma Keliru Mengenai Emosi
Menurut Pak Dandi kemarin, ada Tujuh Paradigma yang keliru mengenai emosi, yaitu:
1. Tabu jika Laki-laki menangis
Orangtua kita kan sering bilang anak laki-laki jangan nangis. Jika ada yang nangis dibilang nya cengeng. Jika kita pun melakukan hal yang sama, ternyata hal ini bisa membuat anak laki-laki menahan emosi nya untuk menangis, padahal dengan menangis seharusnya secara alami bisa mengurangi rasa stress atau duka.
Sedangkan kaum laki-laki dituntut untuk bisa memberikan empati kepada kaum hawa jika ada yang menangis dan apakah para kaum lelaki bisa dengan secara spontan mengatasi situasi emosional yang ada jika mereka sendiri dituntut untuk menahan emosi
2. Mengalihkan vs Mengalirkan
Kebanyakan dari kita jika kita stress atau sedang frustasi serta emosi, kita mencoba untuk mengalihkan. Pergi jalan-jalan, nonton film dan sebagai nya dengan berharap jika dialihkan maka rasa stress kita berkurang. Mungkin bisa reda sesaat saja, tapi kita tidak bisa melupakan nya. Jadi Emosi itu di Alirkan, bukan di Alihkan.
3. Toxic Positivity
Pernah ketika kita sedih atau bahkan ketika orang lain sedih terus kita memberikan komentar: "Sudahlah terima, ini adalah takdir", "Sabarlah..karena sudah terjadi", "Syukuri saja, karena yang lain ada yang lebih parah dari kamu.."
Alih-alih nasehat ini membuat efek positif pada tubuh, tetapi ternyata sebaliknya malah bisa berpotensi memiliki efek negative. Seharusnya bisa kita alirkan emosi nya baik itu nangis sampai puas dan sakitnya atau sedih nya hilang sehingga kita bisa buang rasa emosi itu yang mana merupakan sampah negatif yang berefek membahayakan tubuh dan jiwa
4. Melupakan dan berpikir bahwa 'Time will heal'
Emosi itu adalah energi yang tidak mungkin hilang begitu saja tanpa ada proses pengaliran. Energi itu akan tetap eksis dan mengendap di alam bawah sadar. Terlebih jika emosi kita adalah luapan amarah, maka emosi itu akan tetap ada bahkan potensial merusak tubuh dan jiwa, jika sama sekali tidak ada proses pemulihan
5. Marah itu Tabu
Banyak yang menganggap bahwa emosi itu adalah hal yang tabu untuk di rasakan dan emosi itu harus ditahan juga dipendam. Hal ini juga tidak baik karena yaitu tadi jika ditahan maka akan merusak tubuh dan jiwa kita.
6. Diam atau Lawan
Ada yang pernah anaknya suka cerita kalau habis di sakiti sama teman sekolahnya? Lalu respon nya bagaimana? Mungkin ada yang: "Sabar aja, diam mengalah saja, jangan cari masalah" atau "Lawan balik, jangan mau digituin Nak"...Kedua nya itu bisa saja dilakukan selama kita menggali atau mengeksplor lanjut mengenai emosi anak lalu tuntun solusi yang terbaik bagaimana.
Jadi Diam nya seperti apa dan jika lawan ya lawan nya seperti apa, lalu jika melawan bahasa nya juga bagaimana.
Sebab jika dua respon tersebut kita ajarkan ke anak tanpa mengeksplor lebih lanjut, akan keterusan hingga dewasa nanti.
7. Meminta bantuan tentang perawatan kesehatan mental adalah AIB
Ini merupakan juga paradigma yang salah. Justru sakit ya harus diobati dan bukanlah sebuah Aib. Penyakit mental itu bukanlah sesuatu yang memalukan. Miris juga sih ya kalau suka baca di berita jika ada orang tua yang mengisolasi anaknya yang memiliki gangguan mental, justru semakin dikurung ya akan semakin parah gangguan mentalnya.
Para orang tua yang seperti ini masih berpikir bahwa apa yang dialami oleh anak mereka adalah sebuah aib yang harus ditutupi.
Itulah tujuh paradigma yang salah dalam hal mengendalikan emosi. Ternyata selama ini kadang aku pun masih mempraktekan beberapa hal dari tujuh paradigma yang salah ini, Masya Allah..sekarang aku jadi tahu deh bagaimana cara nya mengatur emosi atau istilahnya anger management dalam diri aku.
Yang jelas berusaha untuk tidak lagi mengalihkan emosi yang ada tapi berusaha mengalirkan. Mengendalikan nya dengan santuy kalau bahasa gaul nya, yang penting ya dialirkan jangan dialihkan.
"Orang yang paling kuat bukanlah orang yang dapat mengalahkan orang lain dengan kekuatannya, tetapi orang yang mampu mengendalikan amarahnya." (HR Bukhari)
Sebenarnya masih banyak lagi yang aku dapatkan di seminar Anger Management kemarin, tapi nanti ya aku cicil review nya, biar pada mampir lagi ke blog aku, bagi yang penasaran hehe..
Sebagai penutupnya, yang aku dapat terakhir adalah kalimat dari Mba Diah yaitu: "Ketika Lisan tidak sesuai dengan Isi Hati, maka Hati akan Sulit Berdamai".
Karena itu jika terjadi sebuah masalah yang membuat emosi kita bermain, maka sebaiknya sesuaikan dulu hati kita dengan lisan kita. Jangan lisan kita bilang "Iya sudah saya maafkan", tetapi hati nya masih menggerutu dan masih saja ada rasa sesak, maka tidak akan ada rasa damai dalam hidup kita.
Nice quote right?...
Banyak banget deh pokoknya belajar Anger Management ini. Insha Allah ketka bisa menghilangkan emosi dalam diri dengan benar maka hidup kita bisa dibilang bahagia 😊. Ok..have a good day everyone 💖💖
💗 Cilya 💗
Mompreneur, Blogger, Happy Mom & Happy Wife
Fashion, fashion hijab, Fashionable, Fashion blogger, Fashion daily, Fashion hijabers, Fashion icon, Fashion indonesia, Fashion magazine, Fashion news, Fashion ootd, Fashion show, Fashion style, Fashion vlogger, Fashion vlogger indonesia, Fashion blog, Fashion blogger indonesia, Fashion blogger hijab, Beauty healthy, Beauty inside, Beauty influencer, Beauty journal, Beauty enthusiast, Beauty blogger, Beauty, Beauty blogger indonesia, Beauty blogger hijab, Beauty blogger indo
Aku pengen banget ikut seminar kayak gini pengen belajar banyak juga mengenai anger management, pasti ilmu-ilmunya bermanfaat banget
BalasHapuskalo aku lagi belajar menahan kekecewaan yang tak terbendung nih mba, hahahah biar gak kecewa amatan yang ujungnya jadi sedih
BalasHapusalhamdulillah sejauh ini aku masih aman dalam mengendalikan emosi, tapi emang jarang emosian sih. Karena kebetulan memang sedang belajar tidak ingin memasukan emosi dalam hari-hariku.
BalasHapusSayangnya zaman dulu tuh kita mah disuruhnya tahan emosi bukannya mengalirkan dgn baik ya.
BalasHapussaya masih bingung cara mengalirkan emosi. apa dengan marah2? atau dg kerja keras? bagaimana ya. kudu belajar banget
BalasHapusBismillah makasih kak.
BalasHapusAku juga sering ki emosian. Berharap nahan dan nggak marah. Ya salah satu caranya nangis hahahah
Ini lagi marak banget mba mengenai toxic positivity, karena gak semudah itu untuk bilang gapapa dan sabar aja
BalasHapuspengen banget ikutan seminar kayak gini biar bisa lebih menahan emosi lagi dengan cara yang benar.
BalasHapusIlmu yang jarang banget dipelajari di sekolah
BalasHapusaku juga kemaren abis hipnoterapi dan belajar mengendalikan emosi, ternyata gampang gampang susah. Dan poin poinnya kurang lebih samaa
BalasHapus